Selasa, 16 Agustus 2016

I'tidal

Setelah sempurna melakukan ruku' kemudian melakukan i'tidal. Berdiri kembali pada posisi semula seraya mengangkat kedua tangan dan mengucapkan: 

Sami'allaahu liman hamidah 

"Allah Swt Maha Mendengar kepada semua orang yang memuji-Nya."

"Dari Abu Hamid al-Sa'idi, ia menggambarkan shalat Rasulullah Saw, jika bangun, beliau tegak lurus sampai setiap tulang kembali kepada tempatnya." (Shahih al-Bukhari, Juz I, halaman 284 [794]).

Pada saat tegak berdiri, kedua tangan dalam posisi lurus ke bawah. Tidak boleh digoyang-goyangkan. Tidak pula dengan bersedekap. Sayyidina Ali ra sebagai salah satu sahabat terdekat dan banyak mengetahui shalat Nabi Saw hanya bersedekap ketika berdiri sampai melaksanakan ruku'.

"Dari Ali ra, sesungguhnya ketika beliau melaksanakan shalat meletakkan tangan kanan di atas pergelangannya. Dan hal itu terus dilakukan hingga beliau ruku' atau untuk memperbaiki pakaian serta menggaruk badannya." (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, Juz II, halaman 255).

Kata-kata "hingga beliau ruku'" menunjukkan bahwa sampai batas itulah bersedekap yang dianjurkan di dalam shalat. Sedangkan pada saat i'tidal tidak disunnahkan bersedekap, karena tidak ada dalil yang menunjukkan kesunnahan bersedekap ketika i'tidal. Bahkan tidak ada satu pun riwayat dari para sahabat bahwa Rasulullah Saw pernah bersedekap pada saat i'tidal. Hal ini menunjukkan bahwa bersedekap pada saat i'tidal itu tidak sunnah.

Setelah berdiri sempurna sunnah mengucapkan doa sebagai berikut:

Rabbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wa mil-ul ardhi wamil-u maa syi'ta min syai-in ba'du

"Tuhan kami, bagimu semua pujian sepenuh langit, bumi dan segala sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu."

Imam al-Ghazali menjelaskan:

"Kemudian angkatlah kepalamu hingga engkau tegak berdiri. Angkatlah kedua tanganmu seraya membaca: "Sami'allaahu liman hamidah" (Allah Swt Maha Mendengar kepada semua orang yang memuji-Nya). Dan ketika telah tegak berdiri, bacalah: "Rabbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wa mil-ul ardhi wamil-u maa syi'ta min syai-in ba'du" (Tuhan kami, bagimu semua pujian sepenuh langit, bumi dan segala sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu). (Bidayah al-Hidayah: 48-49).

Penjelasan yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali ini merupakan penjabaran dari hadits Nabi Saw:

"Dari Ibn Abi Awfa ia berkata bahwa Rasulullah Saw ketika berdiri dari ruku' membaca: "Sami'allaahu liman hamidah. Allaahumma rabbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wa mil-ul ardhi wa mil-u maa syi'ta min syai-in ba'du (Ya Allah, Tuhan kami, bagimu semua pujian sepenuh langit, bumi dan segala sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu)." (Shahih Muslim, Juz I, halaman 364 [202]).

Khusus pada rakaat kedua shalat Subuh, setelah membaca doa tersebut, disunnahkan membaca qunut. Imam al-Ghazali menjelaskan:

"Jika engkau sedang melaksanakan shalat fardhu Subuh, maka bacalah qunut pada rakaat kedua ketika i'tidal" (Bidayah al-Hidayah: 49).

Kesunnahan membaca qunut ini merupakan pendapat dalam madzhab Syafi'i yang juga merupakan pendapat para sahabat Nabi Saw. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya al-Majmu':

"Dalam madzhab kita (madzhab Syafi'i) disunnahkan membaca qunut dalam shalat Subuh. Baik ada bala' (cobaan, bencana, azab, dll) maupun tidak, inilah pendapat kebanyakan ulama salaf dan setelahnya. Di antaranya adalah Abu Bakar al-Shiddiq, Umar Ibn Khaththab, Utsman, Ali, Ibn Abbas dan al-Bara' bin Azib ra." (al-Majmu', Juz I, halaman 504).  
Dalil yang bisa diajdikan acuan adalah hadits Nabi Saw:

"Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik ra. Beliau berkata, "Rasulullah Saw senantiasa membaca qunut ketika shalat Subuh sehingga wafat." (Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III, halaman 162 [12679], Sunan al-Daruquthni, Juz II, halaman 39 [9]).

Sanad hadits ini shahih sehingga dapat dijadikan pedoman. Imam Nawawi di dalam kitab al-Majmu' menegaskan:

"Hadits tersebut adalah shahih. Diriwayatkan oleh banyak ahli hadits dan mereka kemudian menyatakan keshahihannya. Di antara ulama yang menshahihkannya adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi serta al-Hakim Abu Abdillah di dalam beberapa tempat di dalam kitab al-Baihaqi. Al-Daruquthni juga meriwayatkannya dari berbagai jalur sanad yang shahih." (Al-Majmu', Juz III, halaman 504).

Di antara doa qunut yang warid (diajarkan langsung) oleh Nabi Saw diriwayatkan oleh Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan diriwayatkan oleh al-Nasa'i, Abu Dawud, Ibn Majah dan lainnya, (al-Taqrirat al-Sadidah fi al-Masail al-Mufidah, halaman 243-244), adalah:

Allaahummahdinaa fiiman hadayt, wa 'aafinaa fiiman 'aafayt, watawallanaa fiiman tawallayt, wa baarik lanaa fiimaa a'thayt, waqinaa syarramaa qadhayt, fa-innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alayk, wa-innahu laa yadzillu man waalayt, wa laa ya'izzu man 'aadayt, tabaarakta rabbanaa wata'aalayt, falakal hamdu 'alaa maa qadhayt, nastaghfiruka wa natuubu ilayk 

"Ya Allah, berikanlah kami petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah kami kesehatan seperti orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Berilah kami perlindungan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri perlindungan. Berilah berkah pada segala yang telah Engkau berikan kepada kami. Jauhkanlah kami dari segala kejahatan yang Engkau pastikan. Maha berkah Engkau dan Maha Melindungi. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha menentukan dan Engkau tidak dapat ditentukan. Tidak akan hina orang yang Engkau lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Berkah Engkau dan Maha Luhur Engkau. Segala puji bagi-Mu atas segala yang Engkau pastikan. Kami mohon ampun dan kami bertaubat kepada-Mu."

Setelah membaca qunut disunnahkan membaca shalawat. Yakni bacaan:

Washallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadinin Nabiyyil umiyyi wa 'alaa aalihi washahbihi wa sallam

Syaikh Nawawi menjelaskan:

"Setelah membaca qunut disunnahkan membaca shalawat dan salam kepada Nabi Saw, keluarga dan sahabatnya. Namun tidak disunnahkan pada awal sebelum membaca qunut karena tidak ada tuntunannya dari Nabi Saw. Bacaan shalawat dan salam itu adalah: "Washallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadinin Nabiyyil umiyyi wa 'alaa aalihi washahbihi wa sallam" (Mudah-mudahan shalawat dan salam Allah Swt selalu dilimpahkan kepada gusti kita Nabi Saw, Nabi yang ummi, serta kepada keluarga dan sahabatnya." (Kasyifah al-Saja: 72).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar