Selasa, 26 April 2016

Pengertian dan Asal Mula Kata "Tahlilan"

Dewasa ini sebagian orang ada yang merasa alergi ketika mendengar kata "tahlilan". Setiap kata itu disebut di depannya, maka yang hadir di benaknya adalah itu perbuatan bid'ah yang haram dilakukan. Ketika diminta menunjukkan dalil pengharamannya, maka jawabannya Nabi Saw tidak pernah melakukannya. Untuk menguatkan dalilnya, ia akan mengatakan bahwa tahlilan itu merupakan ajaran agama Hindu yang diadopsi dan dimasukkan ke dalam Islam.

Benarkah pendapat yang demikian itu?

Untuk menjawabnya, saya akan mengajak Anda untuk menyimak uraian demi uraian di blog ini yang temanya berkaitan dengan tahlilan. Semoga dengannya Allah memberikan kejernihan hati pada kita sehingga bisa memahaminya dengan baik.


Pengertian dan Asal Mula Kata "Tahlilan

Jika kita membuka kamus-kamus bahasa Arab, misalnya al Mu'jam al Wasith, al Munawwir dan sebagainya, akan kita temukan bahwa "tahlilan" berasal dari kata dalam bahasa Arab, yakni:

 هَلَّلَ - يُهَلِّلُ - تَهْلِيلاًَ - أَيْ قَالَ: لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ

artinya membaca kalimat tauhid laa ilaaha illallaah.

Kalimat tauhid adalah kalimat persaksian yang menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Swt, dan ia termasuk salah satu bentuk dzikir kepada Allah, bahkan dikatakan oleh Nabi Saw sebagai dzikir yang paling afdhal (utama).

Dalam sebuah hadits yang bersumber dari Jabir bin Abdullah ra  disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

 أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

"Sebaik-baik dzikir adalah laa ilaaha illallaah." (HR Turmudzi)

Selain berdasarkan pada hadits di atas, kata "tahlil" juga termaktub dalam hadits Nabi Saw lainnya:

‏إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلاَئِكَةً ‏سَيَّارَةً ‏‏فُضُلاًَ ‏يَتَتَبَّعُوْنَ ‏مَجَالِسَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوْا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ حَتَّى يَمْلَئُوْا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَإِذَا تَفَرَّقُوْا عَرَجُوْا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ فَيَقُولُونَ جِئْنَا مِنْ عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي اْلأَرْضِ يُسَبِّحُوْنَكَ وَيُكَبِّرُوْنَكَ وَيُهَلِّلُوْنَكَ وَيَحْمَدُوْنَكَ
 

"Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi memiliki sejumlah malaikat yang terus berkeliling mencari majelis dzikir. Apabila mereka telah menemukan majelis dzikir tersebut maka mereka terus duduk di situ dengan menyelimutkan sayap sesama mereka hingga memenuhi ruang antara mereka dan langit yang paling bawah. Apabila majelis dzikir itu telah usai, maka mereka juga berpisah dan naik ke langit. Rasulullah Saw meneruskan sabdanya, "Kemudian Allah Swt bertanya kepada mereka, "Kalian datang dari mana?" Mereka menjawab, "Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu di bumi yang selalu bertasbih, bertakbir, bertahlil dan bertahmid..." (HR Muslim dari Abu Huraira ra)

Perhatikanlah hadits di atas. Di dalamnya disebutkan kalimat wayuhalliluunaka (mereka bertahlil kepada-Mu), yakni mereka bersama-sama mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah.  

Dengan menyimak asal mula kata "tahlilan" yang berasal dari kata "tahlil" yakni mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah, maka dapat dikatakan bahwa tahlil itu sudah dikenal dan sudah ada sejak Islam ada. Bahkan, seseorang yang hendak masuk Islam, maka kalimat pertama yang harus diucapkannya adalah kalimat syahadat, yang satu di antaranya adalah kalimat tahlil.   

Lanjutkan ke pembahasan : Tahlilan pada Hakikatnya adalah Majelis Dzikir 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar