Rabu, 04 Mei 2016

Syahid Demi Mempertahankan Iman

Ketika Rasulullah Saw berisra mi’raj tercium aroma sangat harum. Penasaran, Nabi bertanya kepada Malaikat Jibril, "Harum apakah itu wahai Jibril?" Malaikat Jibril menjawab, "Itu adalah wangi dari kuburan seorang perempuan shalihah bernama Siti Masyitoh dan anak-anaknya." Kisah perempuan yang memegang teguh kebenaran dan keimanan kepada Allah Swt ini diriwayatkan dalam hadits Ibnu Abbas.

Siapa Siti Masyitoh, perempuan shalihah yang dimaksud Malaikat Jibril? Ia hidup di zaman Fir'aun, si raja kejam yang menganggap dirinya sebagai tuhan. Di sekitar Fir'aun ternyata ada beberapa orang dekat yang diam-diam beriman kepada Allah dan Nabi Musa A.s. Mereka mengikuti tuntunan Kitab Taurat.

Orang-orang terdekat itu adalah Siti Asiyah, yaitu istri dari Fir'aun, dan Siti Masyitoh yang mengurus anak Fir'aun. Seorang lagi bernama Hazaqil. Ia adalah pembuat peti, tempat Musa balita ditaruh untuk kemudian dihanyutkan di sungai.

Di istana, Hazaqil menjadi orang kepercayaan Fir'aun. Ia menikah dengan Siti Masyitoh. Suatu hari terjadi perdebatan sengit antara Fir'aun dengan Hazaqil. Fir'aun menjatuhkan hukuman mati kepada ahli sihir yang menyatakan beriman kepada Nabi Musa. Keputusan tersebut ditentang keras oleh Hazaqil.

Sikap tersebut membuat Fir'aun curiga. Jangan-jangan Hazaqil selama ini beriman pula kepada Nabi Musa. Atas sikap Hazaqil itu, Fir'aun mengganjarnya dengan hukuman mati. Hal itu tak membuat Hazaqil takut. Ia tetap yakin Tuhan yang diimani-Nya tidak ada yang lain, kecuali Allah.

Suami Siti Masyitoh ini ditemukan meninggal dengan kondisi mengenaskan. Tangannya terikat di pohon kurma, tubuhnya penuh dengan tusukan anak panah. Masyitoh sangat sedih melihat kondisi suaminya. Namun ia bersabar dan berserah diri kepada Allah. Ia berkeluh kesah ke istri Fir'aun, Siti Asiyah.

Asiyah pun memberikan nasihat agar Masyitoh dan anak-anaknya sabar. Namun, ia bisa membaca isyarat dari Siti Masyitoh yang beriman kepada Allah. Di akhir nasihatnya, Asiyah mengatakan bahwa selama ini dia juga beriman kepada Allah, tapi menyembunyikan di hadapan suaminya.

Rahasia Terungkap
 
Sepeninggal suaminya, seperti biasa Masyitoh menjalankan tugasnya sebagai perias putri Fir'aun. Ada kisah sepele, tapi berdampak besar. Gara-gara sisir yang terjatuh, akhirnya terungkap jati diri Masyitoh. Saat itu Masyitoh sedang menyisir rambut anak Fir'aun. Tiba-tiba sisir dalam genggamannya terjatuh. Ketika mengambil lagi sisir tersebut, bibirnya reflek mengucap, "Bismillah."

Ucapan itu membuat anak Fir'aun terkejut. “Apakah ucapan yang kamu maksud adalah bapakku,” tanya anak Fir'aun. Siti Masyitoh dengan jujur mengatakan bahwa maksud kata itu ialah Tuhan sesungguhnya, bukan ditujukan untuk Fir'aun. “Yaitu Rabbku, juga Rabb ayahmu, yaitu Allah. Karena tiada Tuhan selain Allah,” katanya. Jawaban itu membuat anak Fir'aun tersinggung, berarti ada Tuhan lain kecuali bapaknya. Anak Fir'aun itu mengancam melaporkan keyakinan Masyitoh tersebut kepada bapaknya. Masyitoh tidak gentar, karena ia yakin Allah adalah Tuhan yang sebenarnya, bukan Fir'aun.

Laporan anaknya membuat Fir'aun murka. Ia tidak menyangka, pengasuh anaknya adalah pengikut Nabi Musa. Masyitoh dipanggil lalu ditanya oleh Fir'aun, "Apakah benar apa yang disampaikan anakku? Siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini?" Masyitoh tidak mengelak tuduhan itu. Dengan tegas dia mengatakan, "Betul, Raja yang lalim. Bahwa tiada tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai alam dan isinya.’’

Jawaban itu membuat Fir'aun semakin marah. Dia memerintahkan para pengawal menyiapkan minyak mendidih di dalam tembaga besar. Wadah panas itu untuk menggodok Masyitoh beserta anak-anaknya. Pemandangan itu disaksikan masyarakat luas. Sebelum dimasukkan ke minyak panas, Masyitoh diberi kesempatan sekali lagi untuk memilih; dia dan dua anaknya selamat jika mengakui Fir'aun sebagai tuhan. Sebaliknya, nyawanya terancam jika tidak mau mengakui ketuhanan Fir'aun.

Tidak Gentar
 
Siti Masyitoh tidak gentar terhadap ancaman Fir'aun. Ia tetap yakin Tuhan yang sesungguhnya hanyalah Allah, bukan Fir'aun, raja yang zalim. Pendirian Masyitoh semakin mempermalukan Fir'aun. Raja kejam itu memerintahkan pengawal segera melemparkan Masyitoh bersama anak-anaknya ke dalam minyak mendidih.

Kisah ini disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw, bahwa, "Fir'aun memerintahkan melemparkan anak Masyitoh satu persatu di hadapan ibunya hingga yang terakhir bayi yang sedang menyusu dalam pelukan Masyitoh."

Ibu mana yang tega menyaksikan satu persatu anaknya tergerus minyak panas. Ketika giliran bayi terakhir akan dimasukkan tembaga panas, Masyitoh sempat ragu. Kekuasaan Allah menciptakan bayi itu tiba-tiba bisa bicara, "Jangan takut dan ragu, wahai ibuku. Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari Allah Swt, dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita." Riwayat lain, bayi Masyitoh meyakinkan ibunya, "Sabarlah wahai ibuku, sesungguhnya kita dalam pihak yang benar. Wahai ibu masukkanlah, karena sesungguhnya siksa dunia lebih ringan daripada siksa akhirat." (HR Ahmad).

Kekuatan anaknya membuat keraguan Masyitoh hilang. Dengan yakin dan ikhlas kepada Allah, Masyitoh membaca, "Bismillahi tawakkaltu 'alallah wallahu akbar." Siti Masyitoh dan bayinya terjun ke minyak mendidih. Ajaib, begitu minyak panas menggerus raga orang-orang istiqamah itu tercium wangi yang sangat harum dari dalam kuali.

Allah telah membuktikan kepada hamba-hamba-Nya yang istiqamah. Ketika Masyitoh dan anak-anaknya dilemparkan satu persatu ke periuk, Allah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka sehingga mereka tidak merasakan panasnya minyak mendidih.

Tulang belulang Masyitoh bersama anak-anaknya dikubur di suatu tempat hingga mengeluarkan wangi yang sangat harum. Aroma itu tercium oleh Rasulullah Saw ketika perjalanan Isra Mi’raj. “Itulah kuburan Masyitoh bersama anak-anaknya,’’ kata Malaikat Jibril.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar