Para ulama berbeda pendapat tentang hukum puasa Rajab.
Pertama, mayoritas ulama dari
kalangan madzhab Hanafi, Maliki dan Syafi’i berpendapat bahwa puasa
Rajab hukumnya Sunnah selama 30 hari. Pendapat ini juga menjadi qaul
dalam madzhab Hanbali.
Kedua, para ulama madzhab
Hanbali berpendapat bahwa berpuasa Rajab secara penuh (30 hari) hukumnya
makruh apabila tidak disertai dengan puasa pada bulan-bulan yang
lainnya. Kemakruhan ini akan menjadi hilang apabila tidak berpuasa dalam
satu atau dua hari dalam bulan Rajab tersebut, atau dengan berpuasa
pada bulan yang lain. Para ulama madzhab Hanbali juga berbeda pendapat
tentang menentukan bulan-bulan haram dengan puasa. Mayoritas mereka
menghukumi sunnah, sementara sebagian lainnya tidak menjelaskan
kesunnahannya.
Berikut pernyataan para ulama madzhab empat tentang puasa Rajab.
Madzhab Hanafi
Dalam al-Fatawa al-Hindiyyah (1/202) disebutkan:
في الفتاوي الهندية 1/202 : ( المرغوبات من الصيام أنواع ) أولها صوم المحرم والثاني صوم رجب والثالث صوم شعبان وصوم عاشوراء ) اه
“Macam-macam puasa yang disunnahkan
adalah banyak macamnya. Pertama, puasa bulan Muharram, kedua puasa bulan
Rajab, ketiga, puasa bulan Sya’ban dan hari Asyura.”
Madzhab Maliki
Dalam kitab Syarh al-Kharsyi ‘ala Mukhtashar Khalil (2/241), ketika menjelaskan puasa yang disunnahkan, al-Kharsyi berkata:
(والمحرم ورجب وشعبان ) يعني
: أنه يستحب صوم شهر المحرم وهو أول الشهور الحرم , ورجب وهو الشهر الفرد
عن الأشهر الحرم ) اه وفي الحاشية عليه : ( قوله : ورجب ) , بل يندب صوم
بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذو القعدة فالحجة ) اه
“Muharram, Rajab dan Sya’ban. Yakni,
disunnahkan berpuasa pada bulan Muharram – bulan haram pertama -, dan
Rajab – bulan haram yang menyendiri.” Dalam catatan pinggirnya: “Maksud
perkataan pengaram, bulan Rajab, bahkan disunnahkan berpuasa pada semua
bulan-bulan haram yang empat, yang paling utama bulan Muharram, lalu
Rajab, lalu Dzul Qa’dah, lalu Dzul Hijjah.”
Pernyataan serupa bisa dilihat pula dalam kitab al-Fawakih al-Dawani (2/272), Kifayah al-Thalib al-Rabbani (2/407), Syarh al-Dardir ‘ala Khalil (1/513) dan al-Taj wa al-Iklil (3/220).
Madzhab Syafi’i
Imam al-Nawawi berkata dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab (6/439),
قال الإمام
النووي في المجموع 6/439 : ( قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر
الحرم , وهي ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب , وأفضلها المحرم , قال
الروياني في البحر : أفضلها رجب , وهذا غلط ; لحديث أبي هريرة الذي سنذكره
إن شاء الله تعالى { أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ) اه
“Teman-teman kami (para ulama
madzhab Syafi’i) berkata: “Di antara puasa yang disunnahkan adalah puasa
bulan-bulan haram, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab,
dan yang paling utama adalah Muharram. Al-Ruyani berkata dalam al-Bahr:
“Yang paling utama adalah bulan Rajab”. Pendapat al-Ruyani ini keliru,
karena hadits Abu Hurairah yang akan kami sebutkan berikut ini insya
Allah (“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan
Muharram.”)”.
Pernyataan serupa dapat dilihat pula dalam Asna al-Mathalib (1/433), Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah (2/53), Mughni al-Muhtaj (2/187), Nihayah al-Muhtaj (3/211) dan lain-lain.
Madzhab Hanbali
Ibnu Qudamah al-Maqdisi berkata dalam kitab al-Mughni (3/53):
قال ابن قدامة في المغني 3/53 :( فصل : ويكره إفراد رجب بالصوم . قال أحمد : وإن
صامه رجل , أفطر فيه يوما أو أياما , بقدر ما لا يصومه كله … قال أحمد :
من كان يصوم السنة صامه , وإلا فلا يصومه متواليا , يفطر فيه ولا يشبهه
برمضان ) اه
“Pasal. Dimakruhkan mengkhususkan
bulan Rajab dengan ibadah puasa. Ahmad bin Hanbal berkata: “Apabila
seseorang berpuasa Rajab, maka berbukalah dalam satu hari atau beberapa
hari, sekiranya tidak berpuasa penuh satu bulan.” Ahmad bin Hanbal juga
berkata: “Orang yang berpuasa satu tahun penuh, maka berpuasalah pula di
bulan Rajab. Kalau tidak berpuasa penuh, maka janganlah berpuasa Rajab
terus menerus, ia berbuka di dalamnya dan jangan menyerupakannya dengan
bulan Ramadhan.”
Ibnu Muflih berkata dalam kitab al-Furu’ (3/118):
وفي الفروع لابن مفلح 3/118 : ( فصل : يكره إفراد رجب بالصوم نقل
حنبل : يكره , ورواه عن عمر وابنه وأبي بكرة , قال أحمد : يروى فيه عن عمر
أنه كان يضرب على صومه , وابن عباس قال : يصومه إلا يوما أو أياما … وتزول الكراهة بالفطر أو بصوم شهر آخر من السنة , قال صاحب المحرر : وإن لم يله .
“Pasal. Dimakruhkan mengkhususkan
bulan Rajab dengan berpuasa. Hanbal mengutip: “Makruh, dan meriwayatkan
dari Umar, Ibnu Umar dan Abu Bakrah.” Ahmad berkata: “Memuku seseorang
karena berpuasa Rajab”. Ibnu Abbas berkata: “Sunnah berpuasa Rajab,
kecuali satu hari atau beberapa hari yang tidak berpuasa.” Kemakruhan
puasa Rajab bisa hilang dengan berbuka (satu hari atau beberapa hari),
atau dengan berpuasa pada bulan yang lain dalam tahun yang sama.
Pengarang al-Muharrar berkata: “Meskipun bulan tersebut tidak
bergandengan.”
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar