Sabtu, 11 Juni 2016

Adab-adab Orang yang Berpuasa

Orang yang puasa mempunyai adab-adab yang puasanya tidak menjadi sempurna kecuali dengan adanya adab-adab itu. Yang terpenting darinya adalah menjaga lidahnya dari dusta dan ghibah serta membicarakan sesuatu yang tidak berguna baginya. Ia jaga kedua mata dan telinganya dari mendengarkan dan memandang kepada sesuatu yang tidak halal baginya serta sesuatu yang dianggap berlebihan.

Begitu pula ia jaga dirinya dari memakan makanan haram dan syubhat, khususnya ketika berbuka puasa. Ia berusaha dengan sangat hati-hati untuk tidak berbuka puasa kecuali dengan memakan makanan yang halal.

Seorang ulama salaf berkata, "Apabila engkau puasa, lihatlah makanan apa yang engkau makan ketika berbuka dan di tempat siapa engkau berbuka."


Hal ini merupakan dorongan agar berhati-hati mengenai makanan untuk berbuka puasa.

Begitu pula orang yang puasa harus menjaga semua anggota tubuhnya dari melakukan dosa-dosa, kemudian dari perbuatan yang tidak perlu. Dengan itu puasanya menjadi sempurna dan bersih. Banyak orang yang puasa memayahkan dirinya dengan lapar dan haus, namun ia biarkan anggota tubuhnya berbuat maksiat sehingga merusakkan puasanya dan menyia-nyiakan kepayahannya. Nabi Saw bersabda, "Banyak orang yang puasa tetapi puasanya hanya menghasilkan lapar dan haus." Meninggalkan maksiat adalah wajib selamanya atas orang yang puasa ataupun orang yang tidak puasa. Akan tetapi orang yang puasa lebih utama untuk berhati-hati dan lebih wajib.

Nabi Saw bersabda, "Puasa itu perisai. Maka pada hari seseorang di antara kamu berpuasa, janganlah ia berkata keji dan jangan berbuat kefasikan serta jangan mengganggu orang lain. Jika ada orang yang memakinya atau memusuhinya, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku (sedang) berpuasa.'"

Termasuk adab orang yang berpuasa ialah tidak banyak tidur di siang hari dan tidak banyak makan di waktu malam. Hendaklah ia makan sekedarnya hingga ia rasakan sentuhan lapar dan haus supaya jiwanya menjadi baik dan syahwatnya menjadi lemah serta hatinya menjadi terang. Itu rahasia puasa dan tujuannya. 

Hendaklah orang yang berpuasa menjauhi kesejahteraan dan kesenangan syahwat serta kenikmatan yang banyak. Sedikit-dikitnya adalah kebiasaan bersenang-senang itu hanya sekali di bulan Ramadhan dan lainnya. Ini adalah sedikit-dikitnya yang patut. Akan tetapi latihan dan menjauhi keinginan nafsu menimbulkan pengaruh besar dalam menerangi hati dan secara khusus dituntut di bulan Ramadhan.   

Adapun orang-orang yang menjadikan bersenang-senang dan hidup mewah di bulan Ramadhan yang tidak biasa mereka lakukan di luar bulan Ramadhan, maka hal itu merupakan tipu daya setan yang menipu mereka supaya mereka tidak merasakan keberkahan puasa mereka. Dan supaya tidak nampak pada mereka pengaruhnya berupa cahaya, mukasyafah, sikap khusyu' kepada Allah dan tunduk di hadapan-Nya menikmati munajat dengan-Nya dan pembacaan Kitab-Nya serta dzikir-Nya.

Kebiasaan salaf rahimahumullah adalah mengurangi kebiasaan dan kesenangan nafsu serta memperbanyak amal baik di bulan Ramadhan secara khusus, meskipun hal itu sudah dikenal dari perilaku mereka dalam seluruh waktu.

Termasuk adabnya itu adalah tidak terlalu banyak mengurusi dunia di bulan Ramadhan, tetapi mengkhususkan diri untuk beribadah kepada Allah dan menyebut nama-Nya sedapat mungkin. Janganlah ia mengurusi dunia, kecuali bila sangat mendesak bagi kebutuhannya atau anak-anak yang wajib diurusinya. Hal itu disebabkan bulan Ramadhan di antara bulan-bulan seperti hari Jum'at di antara hari-hari. Oleh karena itu, orang mukmin harus menjadikan hari Jum'at dan bulannya ini khusus untuk akhiratnya.

Dikutip dari An-Nashaih ad-Diniyyah wa al-Washaya al-Imaniyyah karya Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad
 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar