Senin, 27 Juni 2016

Lidah

Lidah merupakan struktur berotot yang terdiri dari tujuh belas otot yang memiliki tiga fungsi pokok. Berbicara, menelan dan menyicipi. Ia bergerak untuk menelan sekitar 2.500 kali sehari. Seorang bayi memiliki tunas pengecap di seluruh bagian dalam mulutnya. Terdapat lebih dari 10.000 tunas pengecap di dalam lidah. Sel-sel tunas itu sangat aktif dan selalu memperbaharui diri sebanyak 100.000 kali setiap detik. Demikian tulis Dr. Ahmad Muhammad Kan'an dalam Ensiklopedia yang disusunnya dalam bidang kedokteran dan hukum Islam.

Ada rambut-rambut sensori yang menyembul dari sel-sel pori sentral tunas pengecap. Di sana rambut sensori itu terendam dalam zat kimia yang terlarut di dalam air liur dan mendeteksi semua rasa. Lidah dapat membedakan aneka rasa walau kadar yang dibedakan itu tidak lebih dari seperjuta perbedaan. Rasa pahit dikecap di bagian belakang lidah, asam di sepanjang sisi bagian belakang lidah, asin sepanjang sisi depan lidah, dan manis di bagian depan lidah, sedang di bagian tengah lidah tidak terdapat tunas pengecap.

Kamis, 16 Juni 2016

Agar Hati Tak Berburuk Sangka (Su'uzhan)

Prasangka memang hanya lintasan hati. Karenanya, berprasangka sebenarnya manusiawi. Tak ada orang yang mampu meredam atau menahan yang namanya lintasan hati. Tak ada orang yang tak pernah memiliki prasangka buruk terhadap orang lain. Tak seorang pun bisa menghilangkan sama sekali lintasan hatinya. Itu sebabnya, para sahabat mengajukan keberatannya kepada Rasulullah saat turun ayat “Dan bila engkau menampakkan apa yang ada dalam hatimu, atau engkau menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.” (QS. Al-Baqarah : 284) Para sahabat yakin tak mampu menghalangi lintasan hatinya, jika itu termasuk dalam hitungan amal mereka. Akhirnya Allah menurunkan ayat selanjutnya, “Allah tidak akan memberikan beban kepada seseorang kecuali sebatas kemampuannya.”

Minggu, 12 Juni 2016

"Shalat Iftitah": Sunnah Nabi yang Diamalkan Secara Salah Kaprah


Pengertian “Shalat Iftitah”

“Shalat Iftitah” merupakan   istilah yang tidak dikenal dalam kitab-kitab referensi Islam, baik hadits maupun fiqh. Ia adalah nama yang dilabelkan kepada shalat sunnah dua rakaat ringan yang biasa dilakukan Rasulullah Saw sebelum beliau menunaikan shalat tahajud di malam hari. Tulisan ini tidak hendak membahas istilah “Shalat Iftitah”, namun lebih menyoroti kepada tata cara pelaksanaannya dan keterkaitannya dengan Shalat Tarawih.

Pada setiap bulan Ramadhan di sebagian masjid akan kita temukan adanya pelaksanaan shalat sunnah dua rakaat secara berjamaah yang waktunya antara shalat ba’diyah Isya dan Shalat Tarawih. Biasanya imam akan membaca surat al-Fatihah secara jahr (namun ada juga yang sirr) kemudian rukuk tanpa membaca salah satu surat dari al-Qur’an. Inilah yang sering diistilahkan oleh orang-orang yang mengamalkannya sebagai “Shalat Iftitah”.

Sabtu, 11 Juni 2016

Adab-adab Orang yang Berpuasa

Orang yang puasa mempunyai adab-adab yang puasanya tidak menjadi sempurna kecuali dengan adanya adab-adab itu. Yang terpenting darinya adalah menjaga lidahnya dari dusta dan ghibah serta membicarakan sesuatu yang tidak berguna baginya. Ia jaga kedua mata dan telinganya dari mendengarkan dan memandang kepada sesuatu yang tidak halal baginya serta sesuatu yang dianggap berlebihan.

Begitu pula ia jaga dirinya dari memakan makanan haram dan syubhat, khususnya ketika berbuka puasa. Ia berusaha dengan sangat hati-hati untuk tidak berbuka puasa kecuali dengan memakan makanan yang halal.

Seorang ulama salaf berkata, "Apabila engkau puasa, lihatlah makanan apa yang engkau makan ketika berbuka dan di tempat siapa engkau berbuka."